Menang-Kalah, Untung-Rugi, Enak-Gak Enak, Puas-Gak Puas ato apapun bahasa yang diartikan plus dan minus-nya, selalu ada dan biasa digunakan dalam tatanan sosial pergaulan kita. Baik kita sadar maupun tidak sadar.
Kita akan selalu menimbang setiap rasa, tindakan dan jerih payahnya terhadap hal-hal seperti tersebut diatas. WAJAR. Menurut saya. Wajar jika kalkulasinya masih di imbangi dengan ajaran agama, budaya tenggang rasa/tolerasi dan etika yang kita miliki, yang nantinya dapat kita jadikan sebagai tolok ukur (bench mark).
Tapi..tapi, nanti dulu …dengan berkembangnya jaman, dan terutama kehidupan di kota besar ajaran agama, alur budaya tenggang rasa/toleransi ataupun etika sudah berangsur-angsur terkikis ditambah lagi dengan salah satu naluri dasar manusia yg membutuhkan suatu pengakuan. Ajaran agama hanya sekedar lip service dan hapalan tanpa tahu apa dan bagaimana mengimplementasikannya dalam aktifitas keseharian dan kehidupan sosial kita.
Sebagai contoh, sering kita ato lawan bicara kita ngomong “Ikhlas gak, ikhlas gak nih”..ketika ada satu hal penawaran kebaikan kepadanya. Pada saat itu baik kita maupun lawan bicara kita, pasti segera berhitung tentang “Untung – Rugi” dalam hal tersebut. Kita akan berpikir, sebagai contoh, “..ok rugi dikit sekarang toh..nantinya dia bakal inget dan mudah2an bisa gantiin yg lebih besar di kemudian hari..kek ..kek..kek”. Sebaliknya si lawan bicaran kitapun akan berhitung “kalo gue ambil ini..entar entar ada masalah gak yah, ..tipu gak si nih, jangan sampe dia nuntut yg lebih gedhean lagi dari ini..alamak!!!”
Selalu dan selalu..ada pertimbangan terhadap “untung-rugi” dalam setiap tindakan yg kita lakukan.
Read the rest of this entry »